Kepala Sekolah SLB C Damayanti
Peringatan hari pahlawan adalah setiap
tanggal 10 November yang hakekatnya untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan
yang telah gugur di medan pertempuran. Adapun pertempuran tersebut dipicu oleh
ultimatum Inggris yang dikeluarkan pada tanggal 9 November 1945 yang berisi
ancaman akan menggempur kota Surabaya dari darat, laut, dan udara apabila
orang-orang Indonesia terutama Surabaya tidak mentaati perintah dari Inggris. Mereka
juga mengeluarkan instruksi bahwa semua pimpinan bangsa Indonesia dan para
pemuda di Surabaya harus datang selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945,
pukul 06:00 pagi pada tempat yang telah ditentukan.
Namun ultimatum itu tidak ditaati oleh
rakyat Surabaya. Sehingga terjadilah pertempuran Surabaya yang sangat dahsyat
pada tanggal 10 November 1945, selama kurang lebih satu bulan lamanya. Medan
perang Surabaya kemudian mendapat julukan “neraka” karena kerugian yang
disebabkan tidaklah sedikit, sekitar 1600 orang prajurit Inggris tewas serta
puluhan alat perang rusak dan hancur. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat
yang menjadi korban ketika itu serta semangat membara yang membuat Inggris
serasa terpanggang di neraka telah membuat kota Surabaya kemudian dikenang
sebagai Kota Pahlawan dan tanggal 10 November diperingati setiap tahunnya
sebagai Hari Pahlawan.
Hari pahlawan pun diperingati oleh berbagai
profesi dan kalangan di Indonesia tak terkecuali oleh Sekolah Luar Biasa (SLB)
yang didalamnya terdapat anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki gangguan
perkembangan. Peringatan hari pahlawan yang dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa
C (SLB) Damayanti, Sleman, Yogyakarta diikuti oleh staf, guru serta siswa berlangsung
dengan khidmat. SLB C merupakan sekolah luar biasa yang hanya diperuntukkan
bagi penyandang difabel grahita. Difabel grahita dalam istilah medis biasa
disebut dengan keterbelakangan mental atau Intelegence Quotient (IQ) dibawah normal.
Menurut Istandi, selaku kepala sekolah SLB C Damayanti
mengatakan bahwa persiapan hari pahlawan sudah dipersiapkan sejak tanggal 1
November sehingga anak-anak dan guru-guru pun ikut senang dalam memperingati
hari pahlawan. Anak-anak difabel grahita SLB C Damayanti ini setiap pagi sudah
diajarkan apel atau upacara untuk membentuk kedisiplinan bagi mereka mengingat
kemampuan menjaga serta mengurus diri sendiri pun masih tergolong susah.
Didik yang merupakan salah satu siswa difabel
grahita di SLB C Damayanti kelas 1 SMP ketika ditanya apakah senang ada peringatan
hari pahlawan yang dilaksanakan di sekolahnya, ia menjawab “senang”. Kemudian
ditanya kembali apa yang membuatnya senang, ia menjawab senang bisa menyanyikan
lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu lainnya walaupun sebenarnya Didik tidak hafal
lagu-lagu tersebut.
Upacara
tersebut diisi dengan motivasi untuk penyandang difabel grahita. Istandi
mengatakan bahwa urgensi diadakannya upacara hari pahlawan di SLB C Damayanti
adalah agar
siswa-siswa dapat mengenang lagu wajib seperti gugur bunga dan lagu perjuangan
guna memberikan pengertian secara mendasar
kepada anak-anak mengenai makna
sebuah perjuangan.
“Hari
pahlawan mengingatkan kita semua betapa berat mempertahankan kemerdekaan,
dianjurkan untuk mengisi kemerdekaan yang telah di perjuangakan oleh para
pahlawan dengan sebaik-baiknya dan tidak menyeleweng dari tujuan kemerdekaan. Mari
kita isi kemerdekaan Indonesia sesuai dengan profesi kita masing-masing.
Sebagai guru mengajar dengan baik dan murid belajar dengan baik serta dapat
membagi waktu dengan sebaik- baiknya,” ujar Istandi.
Jika
siswa SLB C yang notabene mempunyai keterbelakangan mental saja diajarkan untuk
memiliki semangat cinta tanah air dengan cara memperingati hari pahlawan,
bagaimana dengan orang normal lainnya? Banyak yang melihat bahwa anak-anak yang
memilki keterbelakangan mental atau difabel grahita tidak bisa berbuat apa-apa
di masyarakat nanti. Jangankan di masyarakat, mengurus diri sendiri pun belum
tentu bisa. Dalam hal ini Istandi menjelaskan bahwasannya jangan menilai
anak-anak tunagrahita (difabel grahita) dari hasilnya, namun dari proses yang
telah di lalui oleh anak-anak tunagrahita dan usaha anak-anak tersebut dalam
membentuk pribadinya agar menjadi lebih baik.
Hal
ini juga tidak terlepas dari peran guru-guru Sekolah Luar Biasa (SLB) yang
begitu ulet serta ikhlas membantu mencerdaskan, membimbing serta mendidik
anak-anak berkebutuhan khusus. Dalam hymne guru pun disebut bahwa Engkau (guru) patriot
pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa, namun nyatanya gurulah yang menghantarkan
orang-orang kecil menjadi orang besar. Pengorbanan dan jerih payah guru tidak
akan tergantikan bahkan dengan penghargaan sekalipun. (umisholehah)
Komentar
Posting Komentar